Tanggal 9-10 Agustus 2013 aku dan 23 temanku pergi mengisi liburan ke Desa Paseban di daerah Cilember. Kami kesana hendak berbagi dengan warga di sana.
Saat itu matahari bersinar dengan teriknya. Kami tiba di Desa Paseban pagi hari. Perjalanan yang sangat amat menyenangkan walaupun tanjakan menuju desa Paseban menanjak cukup ekstrim..
Kami tiba di rumah warga dan beristirahat sejenak sambil bersenda gurau dengan warga.. Sambil mata aku melihat ke sekeliling, belum banyak wc disini. Semua masih menggunakan bilik dengan air yang mengucur dari pegungungan dan di bawahnya empang-empang. Sangat memprihatinkan melihat WC mereka. Tetapi mereka tidak kekurangan air. Hanya saja perlu di beri pengetahuan membuat WC yang baik.
Siang hari, kami makan dan dilanjutkan membuat paket pakaian layak pakai yang kami kumpulkan. Setelah semua rapi, kami bersiap-siap ke Curug Biru (sebutan warga). Malam harinya kami menginap di rumah warga. Dengan rumah yang terbuat dari bilik dan tidur beralaskan karpet atau kasur yang kurang empuk bagi kami yang tinggal di perkotaan. Tetapi kami semua mau merasakan hidup seperti mereka. Tidak ada satupun dari kami yang mengeluh.
Pagi di sambut dengan matahari yang bersinar cerah tetapi sepertinya tidak menghangatkan tubuh ku.. hahaa.. karena di desa ini sangat amat dingin.. Tiba saatnya kami mengajar anak-anak yang ada di desa ini. Aku mendapat bagian mengajar anak-anak kelas 4-5 SD. Senangnya dapat berbagi ilmu dengan mereka. Aku bangga melihat anak-anak di sini semangat belajar, anak-anak disini ada beberapa yang pintar juga. Walaupun sebagian besar mereka tertinggal. Aku sangat semangat mengajar mereka matematika. Aku belajar dari perjuangan mereka sekolah. Sekolah mereka berada di desa sebelah. Mereka berjalan kaki ke sekolah denggan waktu sekitar 1 jam. Wow.. perjuangan untuk mereka menuntut ilmu.. Bagaimana dengan kita yang hidup di kota? smua bermanjakan dengan kendaraan. Belajar nilai perjuangan dari hidup mereka.
Sebelum kami pulang, kami membagikan pakaian layak untuk mereka. Kami berkunjung kerumah-rumah warga. Aku berkunjung ke 1 rumah. Rumah yang paling sederhana dari rumah yang lain. Semua dindingnya terbuat dari bilik bambu yang dianyam dan lantai yang masih tanah. Hanya terdapat ruang tamu, kamar dan dapur semuanya beralaskan tanah. Tidur mereka hanya beralasakan tikar. Sangat menyedihkan kondisi itu. Ketika kami membawakan pakaian, mereka sangat senang. Aku melihat tidak ada lemari pakaian di kamarnya. Hanya ada tumpukan pakaian yang tidak tersusun rapi. Aku ingin menangis rasanya melihat mereka terharu melihat kami datang. Aku belajar bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini, dengan apa yang aku pakai saat ini dan masih bisa tidur di kasur yang lebih empuk dari tikar.
Tiba waktunya kami pulang... Kami pamit dengan warga. Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan hati yang gembira. Karena kami pulang membawa sejuta cerita.
Pengalaman yang luar biasa an liburan yang meyenangkan.. Semoga bermanfaat buat kalian yang membaca dan belajar lebih lagi untuk BERSYUKUR.